Buat Sahabat

Ah Engkau…………!!!!

Pada sahabatku
Sahabat, engkau tau aku ?
Adalah orang yang terasing. Ya..! terasing,bukan oleh manusia tapi diri ku sendiri.
Kehampaan dan kekosongan semakin bertambah seiring terajitnya waktu.
Engkau tau sahabat? Kesunyian dalam jiwa membuatku bimbang untuk menulusuri, siapa diriku? Kadang ku tak punya keberanian meski hanya tik berkata “AKU”.
Sahabat, semakin ku buk alebar gerbang pintu dunia. Semakin aku tak faham rangkaian huruf-hurufnya, tanda bacanya, bahkan kosakatanya. Engakau mungkin berkata “Aku terlalu Filosofis, atau terlalu Buang-buang Waktu”. Terserah alu tak peduli, aku hanya ingin berkata dan meminta, Kemana yang harus hendak ku tuju, bahkan aku sendiri pun bingung, hendak ku seserahkan kepada siapa kertas ini?
Aku yang binging! Ya bingung sahabat, meski engkau gaib dari hadapan ku, meski ku tak tau siapa dirimu. Aku hanya ingin sedikit saja Engkau baca tulisan ku bukan untuk kau banggakan atau bahkan kau caci, sungguh aku tak mengharap keduanya.
Aku hanya ingin tau saja bahasa jiwa mu, bahasa yang tidak terikat oleh kata dan tidak terbatasi oleh tulisan.
Ya, sudah lama kita tidak saaling menyapa dan bercengkrama atu bahkan untuk sekedar minum kufi panas dan sebatang sigaret.
Sahabat, ajarkan padaku tentang hidup ini, kau mungkin sudah tahu keadaanku karena ku yakain engkau pernah menyelaminya.
Sahabat di tengah keraguan ini, ingin ku sekedar mendengar lagi tawamu dan guyonanmu, kau tak tahu kalau sebenarnya ku sedikit mengagumimu.
Sahabat, meski engkau sahabatku, ku ragu. hedak keman ku bawa “keraguanku” ini, keselokan kah atau keistana raja-raja.
Nafasku makin sesak, pandangan mataku mulai kabur, engkau tau, aku seperti orang mati sebelum rahang kematian dating menjemput.
Sahabat, aku manusi, tapi ku tak mau sia-sia.apalagi i terbuang percuma.
Sahabat, hari ini ku tinggalkan segala kegiatan aku hanya ingin menemukan kesendirianku.
Ya, kesendirian dan kehampaan yang belum pernah ku rasakan sebelumnya.
Aku seperti makhluk terbuang dari peradaban bahkan dari komonitas manusia.
O….Tuhan, sampai kapan ku sepereti ini. Aku ingin hidup dengan hidupku sendiri. Tertawa dengan tawaku sendiri. Berkat dengan bahasaku sendiri.
Engkau tau, bahkan ku tak bias membedakan hitam-putih bahkan segala warna. Ku tak thua sampai kapan dan dimana aku seperti ini, sampai mati kah atu sampai kebangkitan tiba.
O..o…o…mengapa engaku membisu. Adakah salahku, apa hendak dosaku. Apa engkau narah !!!
TIDAK,tidak…..tidak mungkin engkau marah. Engkau terlalu santun dan sopan dalam menyapa hidup. Mana mungkin kau marah ???
Lantas!!! Kenapa engaku diam. Apa engkau juga bisu seperti aku, buta sepeti ku atau bahkan engkau pun sama seperti ku. Engkau tahu, ku tulis tulisan ini yang ku tak yahu kepada siapa hendak ku sampaikan.
Pada sepi kah!!! Yang selaliu menghantuiku. Pada keraguankah yang selalu menyiksaku.
Apa….apa…apa hanya sekedat Tanya (? ? ?) kalu engkau tak mau jadi sahabatku. Biarlah, ku berjallan dengan kertas dan pena ini karma mereka sahabat tempat setiap orng menumpahkan apa-apa yang dikehendakinya.
Malam, kenapa engkau selalu tersenyum ketika sang surya bersembunyi dibalik jubah kelammu dan membenamkan dirinya disaku celanamu
Aky iri malam engaku selalu di ramaikan orang-orang yang mencari kesunyian. Engkau mulyakan mereka dengan menyembunyikan kesunyian bahkan lesendirian dirimu sendiri.
Engkau selalu ring, tuk menghibur tangisan-tangisan orng yang kesepian. Padahal dirimu sunyi, sepi, bahkan terasing,
O..o…o.Sahabat, apakah engkau masih mengagnggapku manusia. Jngan…jangan berkata “Tidak” meski ku terasing bahkan dari keasingan itu sendiri.
Ku tak dapat berbuat banyak karma jembatan yng biasa ku sebrangi tertutup kabut tebal. Ya…..kabut yang hinggap pada setiap manusiA YANG kosong dan hampa dari makna-kata.
Kui berjalan dengan kerikil-kerikil jalanan, sampah-sampah selokan dan bangkai-bangki bisuk. Kadang ku tak peduli diantara kerikil itu ada sebutir mutiara dariu sampah itu ada selembar sutra etrbungkus pelastik. Munglkin!!!
O…o…o…sahabat
Aku berekata “aku” tapi itu bukan aku. Ku tertawa, tapi itu bukan tawaku.ku bhanya meminjam yang entah siapa gerangan pemiliknya.
Ah… sebenarnya, tak usah ku menulis panjang- panjang. Kalau hanya tuk sekedar meluapkan kekesalanku.
Buat apa, semuanya tetap bisu.sebisu ‘ku.
Hidupku tak bersosok hanya segenggam kegagalan dan segenggam keraguan.
Ku ragu…..
Bagaimana cara menyapa ‘ku.sekelam inikah aku, selarut inikah aku.
Tuhan……
Kelemahanku membuat ku ragu. Meski tuk sekedar menyapaMu.
Engakau tahu sahabat ku, tentang peci dikepala dan ku putar –putar tasbih ditanganku, itu bukan aku, Sungguh!!! Itu suara kesunyianku dan wujud dari keterasingan.
Kalau engaku ingin tahu baju ku, baju ku adalah kemunafikan diriku sendiri dan tasbihku adalah bebatuan atau bahkan kerikil jalanan.
O….o…o…cahaya kenapa engakau tak segera muncul dari balik jilbab sang kelam. Tidak, aku tak butuh cahaya mu. Ya, cahay a yang membuat ku bias meraba-raba sepi dan sunyi.
Sebelum ku terlelah dan terlelap aku punya cita dan cinta seperti mu dan mereka. Karna ku manusia.
Tuhan…….keraguan tentangMU dan semesta membuatku gila, segila dunia semesta rasa.
O….o……o…..jangan biarkan aku putus asa bahkan mati rasa sungguh ku takut mati, mati harapan cinta dan cita.
Ku akhiri tulisanku dengan gelapnya malam bukan karena enggannya sang fajar menyapa atau meraba kabut tebal menjadi hijab bagi kedua alam itu.

TUK
Siapa pun yang ingin menjadi sahabatku. Walu “Sepi” Sesepi diri.

Tinggalkan komentar